Ravanews.online|Lingga Bauksit dari Kabupaten Lingga terus mengalir keluar daerah menuju pabrik pengolahan di dalam maupun luar negeri. Berdasarkan data dan penghitungan lapangan, potensi nilai ekonomi yang dihasilkan dari perut bumi Lingga mencapai angka fantastis—namun warga tempatan menilai dampak langsungnya untuk mereka masih minim. Minggu. 10 Agustus 2025.
📊 Perkiraan Produksi dan Nilai Ekonomi
Kapasitas rata-rata: 5.000–7.000 ton bauksit per hari dari beberapa site aktif.
Harga jual internasional bauksit mentah: USD 35–50 per ton (Rp550.000–Rp800.000 per ton, kurs Rp16.000/USD).
Potensi omzet harian: Rp2,75 miliar–Rp5,6 miliar.
Potensi omzet bulanan: Rp82,5 miliar–Rp168 miliar.
Potensi omzet tahunan: Rp990 miliar–Rp2 triliun.
💰 Berapa yang Kembali ke Masyarakat?
Dari penelusuran, warga mengaku manfaat langsung yang mereka rasakan umumnya terbatas pada:
Kesempatan kerja sebagai sopir, operator alat berat, atau buruh lapangan.
Bantuan dana CSR yang nominalnya kecil dan tidak merata ke semua kampung.
Perbaikan jalan tambang yang sifatnya temporer dan lebih untuk kepentingan operasional perusahaan.
“Kalau omzetnya sampai triliunan, lalu apa yang kami dapat? Lapangan kerja hanya untuk sebagian orang, itupun di posisi bawah. Program bantuan ada, tapi kecil sekali dibanding nilai yang keluar dari tanah ini,” ujar seorang warga.
📢 Tuntutan Transparansi
Warga mendesak pemerintah daerah dan perusahaan tambang untuk:
1. Membuka data resmi tentang jumlah produksi, nilai jual, dan kontribusi ke PAD serta CSR.
2. Menetapkan persentase tetap dari keuntungan untuk program pembangunan masyarakat lokal.
3. Memastikan posisi strategis diisi putra daerah dengan pelatihan keahlian yang memadai.
4. Menyusun program pemulihan lingkungan yang jelas dan terukur.
🌱 Risiko Jangka Panjang
Jika tidak dikelola adil, Lingga berisiko hanya menjadi “daerah pengirim bahan mentah” yang miskin meski kaya sumber daya. Sementara itu, dampak lingkungan seperti tanah kritis, air keruh, dan hilangnya hutan akan menjadi warisan yang membebani generasi berikutnya.
“Kalau memang resmi dan legal, buktikan keadilan. Buka datanya, biar kami tahu bahwa tanah kami benar-benar memberi kemakmuran, bukan hanya untuk segelintir orang,” tegas tokoh masyarakat Lingga.
Komentar